Di bekas kandang sapi yang berdiri di ruang persawahan di Banjar Taman Sari, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, tersebut Ni Wayan Lembuk tinggal, berteduh dari panas dan hujan.
Gubuk itu berdindingkan anyaman bambu dan beratapkan genteng yang sudah berlubang. Agar tidak terserang rembesan air hujan, lubang itu ditutupi terpal.
Ditempat itu, Lembuk tinggal bersama anaknya yang menderita keterbelakangan mental.
" Ini dulunya bekas kandang sapi, tanahnya punya dr Anak Agung Subawa, Mbah Lembuk cuma numpang disini, " kata seorang warga Banjar Taman Sari, Made Putera (62), waktu didapati Tribun Bali,
Putera menceritakan kalau Ni Wayan Lembuk sudah tinggal di gubuk itu sekitar 10 th..
Sekitar lima mtr. dari gubuknya juga berdiri kandang kambing. Bau tidak sedap dan apek tercium sampai ke gubuk Lembuk.
Untuk makan, Lembuk dan anaknya cuma mengandalkan beras raskin. Mereka begitu jarang makan lauk. Cuma didampingi cabe dan terasi waktu makan nasi.
Mereka baru menyantap makanan diisi lauk apabila dapat belas kasihan dari orang lain dan tetangga.
" Ngajeng nasi misi tabia ajak sere gen (Makan nasi isi cabai dan terasi), tabia ngalap di samping (cabe menuai di samping), " tutur mbah Lembuk.
Menurut Putera, Mbah Lembuk juga pernah mengalami tragedi enam bln. lalu. Dia ditabrak satu mobil waktu pulang dari pasar Pandak, Kediri, Tabanan.
" Kakinya patah, serta sampai sekarang ini tidak dapat digerakkan seperti biasa, " katanya. (*)
Sumber;Tribunbali.com
