Wahai putriku, bacalah pesan-pesanku ini :
Putriku …
Jangan engkau kira, kalau pernikahan itu hanya cinta dan kehidupan yang penuh dengan perasaan yang menyenangkan hati, kata-kata lembut yang engkau dengar siang malam…
Putriku …
Janganlah heran bila engkau sudah mempersiapkan malam yang romantis dengan seluruh kemampuanmu, tiba-tiba suamimu menemuimu seolah-olah engkau tidak ada …
Walaupun engkau berusaha untuk merayunya, tetapi suamimu berkata dengan tenang : “Saya tidak miliki waktu untuk hal semacam ini. ”
Atau berkata : “Saya sedang repot. ”
Putriku …
Janganlah heran bila suamimu tahu engkau sedang sakit, namun dia lupa menanyakan keadaanmu…
Janganlah heran bila suamimu kurang memperhatikan untuk mengagumi kecantikanmu dan rumahmu yang rapi…
Janganlah heran bila engkau tidak mendengar darinya ucapan cinta dan rayuan…
Putriku …
Janganlah engkau menunggu kalau perahu bisa berlabuh di atas daratan yang kering…
Segeralah engkau yang mendahului sebelum suamimu, janganlah engkau menunggu darinya…
Ingatlah putriku…
Sesungguhnya lingkungan suamimu berbeda dengan lingkunganmu, terkadang suamimu ada di lingkungan yang keras, atau ibu-bapaknya repot, sehingga dalam kehidupannya tidak mendengar kata-kata cinta dan kasih sayang, dsb…
Ingatlah …
Kalau seorang suami masuk dalam kehidupan rumah tangga dalam keadaan khawatir tidak dapat memikul tanggung jawabnya, karena tanggung jawab lelaki lebih besar dari pada tanggung jawab wanita, sehingga ada perbedaan yang jelas sekali …
Karena mencari nafkah dan memenuhi keperluan rumah tangga adalah tanggung jawabnya…
Maka
pikirannya repot dengan hal-hal seperti itu, dan dia tidak memikirkan seperti yang engkau fikirkan putriku …
Ingatlah …
Kalau tabiat lelaki berbeda dengan perilaku wanita…
Ini adalah fithrah masing-masing dari keduannya…
Janganlah engkau mengharapkan agar bisa mengubah perilaku dan fithrah dalam waktu singkat…
Ingatlah …
Kalau pekerjaan lelaki itu penuh dengan masalah yang sangat berat… yang akan memberi pengaruh pada urat syarafnya setiap saat…
Ingatlah …
Kalau lelaki itu berbeda-beda dalam cara mengungkapkan perasaan mereka :
Ada lelaki yang pandai dalam seni mengungkap perasaannya,
Ada yang mengungkap dengan perbuatannya,
Ada yang kehabisan kata-kata hingga tidak mampu berbicara…
Jadi terimalah suamimu dengan keadaan apa pun, ucapkan pujian pada Allah, dan janganlah minta hal yang lebih yang tidak ada pada suamimu…
Ingatlah …
Kalau suamipun butuh cinta dan kasih sayang,
Sungguh Allah ta’ala menjelaskan, kalau wanita yang penyayang itu adalah nikmat yang Allah berikan pada hambaNya
(ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram padanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu betul-betul ada tanda-tanda untuk kaum yang berpikir” (QS. 30 : 21)
Jadi segeralah -wahai putriku- engkau mengungkapakan rasa cinta dan bicara yang baik, hingga telinga suami biasa mendengarnya…
Bila engkau tidak membiasakannya, jadi janganlah engkau berharap akan ada imbalan berupa kalimat manis darinya …
Penuhilah telinga & hati suamimu olehmu -duhai putriku- dengan perkataan yang lembut dan perasaan yang baik…
Ingatlah putriku …
Kalau kehidupan tidak akan jadi lurus bila berdiri hanya diatas perasaan saja, karena perasaan saja tidak mungkin direalisasikan di alam nyata …
Maka jadikah engkau seorang wanita yang ada di alam nyata, bukan di alam khayalan…
Demikian, semoga bermanfaat