BANYAK diantara kita yang berpikir kalau ujian hanyalah sebatas kekurangan harta dan kesulitan hidup. Padahal, rejeki yang kita dapatkan juga adalah ujian dari Allah. Allah berfirman dalam al-Quran,
“Adapun manusia jika Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Jadi Dia akan berkata : “Rabbku telah memuliakanku”. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rejekinya Maka Dia berkata : “Rabbku menghinakanku“. (QS. Al-Fajr : 15-16)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia ketika ia diuji oleh Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yakni dimuliakan dengan harta dan kemuliaan dan di beri nikmat yang melimpah, ia juga katakan, “Allah betul-betul sudah memuliakanku. ” Ia juga bergembira dan senang, lalu ia katakan, “Rabbku sudah memuliakanku dengan karunia ini. ” (Tafsir Ath-Thabari, 30 : 228)
Lalu Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia bila ia ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rezeki, yakni rejekinya tidak begitu banyak, jadi ia juga katakan kalau Rabbnya sudah menghinakan atau merendahkannya.
Sehingga ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah berikan berbentuk keselamatan anggota tubuh serta rejeki berbentuk nikmat sehat pada jasadnya. ” (Tafsir Ath-Thabari, 30 : 228)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat diatas, “Dalam ayat itu, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rejeki. Allah sesungguhnya jadikan hal semacam itu sebagai ujian. Tetapi dia menyangka dengan luasnya rejeki itu, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sesungguhnya itu hanya ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Apakah mereka menganggap kalau harta dan anak-anak yang Kami berikan pada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberi kebaikan-kebaikan pada mereka? Tidak, sesungguhnya mereka tidak sadar. ” (QS. Al-Mu’minun : 55-56)
Sebaliknya, bila Allah menyempitkan rejeki, ia merasa kalau Allah menghinangkannya. Sesungguhnya tidaklah seperti yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali.
Allah berikan rejeki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yg tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rejeki pada pada orang yang Dia cintai maupun tidak. Sesungguhnya yang jadi patokan saat seorang dilapangkan dan disempitkan rejeki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan itu.
Bila ia yaitu seseorang yang berkecukupan, lalu ia bersukur pada Allah dengan nikmat itu, jadi inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia juga bersabar. ” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7 : 562-563). islampos