Beberapa minggu ini beredar di masyarakat kita kisah haru satu keluarga melalui jejaaring sosial. Kisah curahan hati seorang wanita yang dimadu suaminya. Tetapi, karena dirinya merasa sakit hati dengan madu suaminya, dia membalasnya dengan meminta suaminya untuk menikah kembali dengan seorang wanita pilihan darinya. Tetapi ternyata, akhirnya dia menyesal dengan keputusan untuk membalas rasa sakitnya itu, karena diluar yang dibayangkannya, ternyata madu pertamanya itu mempunyai hati yang begitu mulia.
Bagaimana kisah selengkapnya, ini dia kisahnya...
Sahabat sekarang ini saya ada ditanah suci mekkah, duakali sudah saya menginjakkan kaki ku ditanah suci ini. Namun yang ke-2 ini begitu lebih membuat saya sadar dari setiap akhlak kurang baik yang pernah saya torehkan dalam keluargaku tercinta, terutama pada dinda madu ku.
Layaknya sebagai perempuan normal, terkadang terbersit dalam hati rasa ketidaksukaan dan ketidaknyamanan saat sang suami tercinta meminta untuk ta'addud, namun begitu saya juga mendamba jadi istri yang sami'na wa atha'na pada Allah, Rasulullah dan suami.
Jadi apakah ini suatu keterpaksaan sebab agama hingga saya mengizinkan suamiku menikah lagi dengan pilihan dia sendiri? saya tidak tahu. Wanita yang ingin dinikahi suami ku yaitu seorang gadis berumur 25 th., suamiku sendiri berumur 35 th. dan saya, umurku 34 th..
Awal-awal suamiku kenal dengan gadis ini yaitu dari jejaring facebook, suamiku merasa cocok dengan gadis ini, karena tidak mau berlarut-larut dalam gelimang dosa yang terbalut dengan saling mengajak beramar ma'ruf jadi dengan santun nya suamiku meminta izin saya untuk menikah dengan gadis ini.
Tidak sekalipun suamiku berbohong pada ku karena prinsip dia " tidak patut seorang hamba berbohong sebab hanya akan mendatangkan kesia-siaan. " Berhari-hari saya belajar menata hati, menyiapkan perasaan dengan sebaik-baiknya untuk menerima permintaan suami ku yang sungguh meremukkan hati.
Tetapi sekali lagi saya betul-betul mencintai suamiku tidak mungkin saya membiarkan suamiku terus larut dalam rasa bersalahnya karena telah hendak mengakhiri kesalahan itu dengan jalan syar'i yakni menikahi gadis itu. Lihatlah suamiku begitu bijiksana nya mempunyai pemikiran seperti ini, itu berarti suamiku yaitu seorang lelaki yang bertanggungjawab atas semua perbuatan yang Ia lakukan.
Dan akhirnya akupun mengizinkan suamiku menikahi gadis itu dengan penuh kesedihan yang menghujam uluh hati,. apakah saya tidak ikhlas? apakah saya tidak ridha dengan suami ku menikah lagi? percuma bahas ini, toh saya tidak bisa membiarkan suamiku dalam kekalutan berkecimpung kemaksiatan.
Alhamdulillah,,, istri yang diambil suamiku ternyata dia yaitu seorang wanita yang berakhlak baik.
Cara pakaian dia yang syar'i, cara tutur bicara dia yang sopan, sungguh betul-betul tidak salah suamiku memilih matsna. saya biasa memanggil dia dinda dan dia biasa memenggil saya yunda.
Betapa kami berdua begitu akrab seperti kakak beradik, dia juga sungguh perhatian pada ke dua anak ku, namun astagfirullah syaitan apa dulu yang nyangkut dalah hatiku, tidak sedikitpun rasa suka itu terbersit dalam hatiku, kebaikan nya tidak dapat mengalahkan rasa benci dan perih ku, hatiku berontak untuk memiliki madu.
Dua th. pernikahan maduku dan suamiku belum juga dikaruniyai anak, sesaat akupun juga tidak ada harapan lagi untuk mengandung.
Jadi saya mencari cara bagaimana saya bisa membalas sakit hatiku ini. akhirnya ide itu muncul juga.
dalam sebuah majlis ta'lim di mana biasa saya kajian dengan suami dan maduku, ada seorang akhwat yang masih gadis namanya lirna.
Lirna ini begitu kagum sekali lihat keakraban kita bertiga, umur dia masih 20 th., dia juga tergolong dari keluarga yang kurang mampu, jadi saya mendesak suamiku supaya ingin menikahi lirna ini.
saya berhujjah supaya dapat membantu perekonomian keluarga dia. sebenarnya suamiku enggan untuk menikah lagi, dua telah cukup baginya, namun saya selalu memaksa suami ku untuk menikahi lirna ini. Dari dahulu suamiku tidak pernah menolak apa-apa yang saya minta, dan saat itupun saat saya meminta suami ku untuk menikahi lirna, dia juga mengabulkan walau saya harus menunggu beberapa bln..
Betapa saya sangat meyakini bila dinda maduku akan juga merasakan sakit yang sama persis dengan yang saya alami semasa dulu saat suamiku menikahi dia, inilah yang saya inginkan yaitu membalas sakitku.
Ideku berjalan dengan lancar, suami sudah ingin mengabulkan permintaan ku, dan keluarga lirna juga setuju. Saya meminta supaya suami tidak memberitahukan tentang ini pada maduku, saya sendiri yang akan memberitahunya, dengan beralasan supaya saya dan maduku semakin akrab.
Ketika hari ijab qabul akan berjalan saya melihat wajah maduku yang penuh dengan tanda tanya besar, saya juga melihat kebingungan yang menyelimuti dirinya, mungkin dia tidak berani tanya sama orang lain tentang berita yang telah beredar dikampung kami, kalau suami kami akan menikah lagi.
Dengan perasaan gundah dia beranikan diri bertanya pada ku, apakah benar suami kami akan menikah lagi, dan saya jawab ya. remuk sudah hati maduku ini, tanpa sebelumnya diberitahu, air mata itu sudah menggenang dipelupuk matanya, mungkin dia merasa begitu terhina. dan ini yang ku inginkan, yaaa balas dendam ku sudah terpenuhi.
" Barakallahuu lakumaa wabarah 'alaikuma wajama'aa bainakumaa fii khair, abi, dek lirna semoga jadi pernikahan yang sakinah mawaddah warahmah, Amin Ya Rabb, " kalimat ini yang muncul dari mulut maduku.
senyum dibibir nya menambah keindahan wajahnya, gemulai cara dia berjalan seperti tiada rasa benci, madu ku ridha dengan pernikahan suami.
seharusnya saya banyak berteladan pada maduku, tentang keikhlasan dan kesabaran. namun tidak, saat itu, saya betul-betul benci dia, dan tidak suka ini selalu saya tutupi. Malam itu saat acara resepsi pernikahan suamiku dengan dek lirnah selesai dan juga para tamu undangan sudah pulang.
Maduku dinda menghampiri saya, memberitahu kalau bapak nya meninggal dunia, dengan lembut saya berkata.
" Dinda malam ini adalah malam bahagia Abi dengan madu kita dek lirnah, tegakah kita akan merusak malam yang indah ini untuk mereka, dinda sabar ya... tunggu sampai tiga hari, nanti kita sama-sama kasih tahu Abi, sabarya,, semoga Allah meridhai semua amal perbuatan semasa hidup bapak. amin ya Rabb. "
" hah betapa saya begitu bahagia, saat melihat air mata menetes dari pelupuk mata maduku itu, saya tahu hatinya sangat pedih melihat suami yang nikah lagi tanpa pemberitahuan terlebih dulu, dan saat ini bapaknya meninggal dunia, sementara dia tidak dapat melihat jenazah nya. lengkap sudah kebahagiaan malam itu, saya sangat senang menyakiti maduku,.
Namun... Ketawadhu'an dan kesabaran itu selalu bersama maduku dinda, di antara istri-istri suamiku hanya maduku dinda ini yang sibuk mengurus rumah tangga kami, seperti bersih-bersih rumah, nyuci pakaian, pokoknya sama persis dengan seorang pembantu, hanya saja dia tidak pandai memasak seperti saya dan maduku dek lirna.
Suamiku sepertinya juga tidak seperduli dulu sama dia, hmmmm betapa saya adalah wanita yang beruntung dapat mengambil simpati suamiku.
Mungkin bila saya sudah jadi dia, alangkah malang nasibku jadi istri ke-2 yang sudah tidak diperdulikan lagi sama suami, pastilah begitu kesepian, tidak ada anak yang menemani dalam kesendiriaan, tetapi sekali lagi dia adalah matsna yang shalihah, dia tidak mengukur kesepian itu sebab ketidak pedulian suami, kesendirian sebab tidak ada momongan, dia cukup bahagia dapat jadi istri yang patuh sama suami, membantu saya momong anak-anak ku dan ridha atas perlakuan suami, baginya telah lebih dari cukup.
Saya tahu persis kesedihan itu menyemburat di balik wajah maduku dinda, terlebih saat dek lirna madu kita mengabarkan ada janin dalam kandungan nya, sebulan kemudian dalam rahimku juga ada janin juga, subhanallah saya hamil,,, alangkah bahagianya kami, saya dan madu ku dek lirna. Waktu itu kami berempat kumpul dalam rumah ku.
Abi ingin mengajak dua istrinya untuk mengunjungi tanah suci mekkah, jadi undian juga dilaksanakan, dengan melipat kertas yang didalam sudah tercantum nama kita bertiga, saya, maduku dinda, dan maduku dek lirna.
Ketiga lipatan kertas itu kami masukkan dalam botol lalu kita kocok, dan keluarkan dua kertas dari dalam nya. lalu kami buka lipatan ke-2 kertas itu, ada namaku dan nama maduku dinda.
" Saya ngidam, pingin ketanah suci. " ucap maduku dek lirna
" Bila begitu dek lirna saja yang pergi, agar saya yang di rumah ngurus anak-anak " jawab maduku dinda.
" dinda... kan yang keluar nama dinda?. " bantahku.
" yunda,, tidak apa-apa, kasian janin dek lirna.
semoga janin yunda dan dek lirna kelak nanti jadi anak shalih atau shalihah yang taat pada ke-2 orang tuanya dan agamanya,, Aamiin Ya Rabb. "
Saya masih ingat senyum itu selalu mengembang di antara bibir maduku dinda, tulus nya kalimat yang Ia katakan, menyejukkan jiwaku sampai rasa iba mulai menyergap relung hatiku.
Akhirnya Saya, Abi dan madu ku dek lirnah lah yang pergi ketanah suci.
Di tanah suci wajah maduku dinda seperti hantu yang selalu membuntutiku, selama ini saya menjadi madu yang terjahat untuk dirinya, saya tidak dapat menjadi penopang yang membuat dia nyaman, selalu saja kusakiti hatinya, sungguh hatinya penuh dengan goresan-goresan luka yang menyayat, sekali lagi dia tidak pernah membalas, dia hanya diam, diam dan diam.
Terlebih akhir-akhir ini suami juga jarang sekali memperhatikan maduku dinda.
Apakah dia protes dengan kelakuan kami? tidak sahabat! maduku adalah seorang wanita yang shalihah yang selalu membawa kemaslahatan untuk keluarga kami.
Maduku dinda, kurus tubuh nya tidak seperti saya dan maduku dek lirna, mungkin terlalu banyak melakukan pekerjaan rumah sesaat dia rajin puasa sunnah.
Asal kalian tahu, nafkah yang di berikan suami itu separuh nya untuk aku dan maduku dek lirna, maduku dinda selalu bilang uang nya lebih dari cukup sebab kebutuhan sedikit, tidak ada anak, belum lagi dia juga dapat bayaran dari mengajar dimajlis ta'lim kami. saya dan maduku dek lirna bahagia menerima uang nafkah itu.
Waktu itu saat kami pulang dari tanah suci, saya dapat kabar bila ibu {maduku dinda} meninggal dunia.
Saya menyarankan supaya dinda maduku mengabarkan hal semacam ini pada suami {supaya kita dapat bareng-bareng ta'ziyah}, tetapi dinda maduku tidak mau, dia katakan. " Setiap yang bernyawa pasti akan mati.
hari ini adalah hari istimewa kalian bertiga, tentu kalian begitu bahagia, dan lagi pula kalian juga lelah, mustahil saya mengabarkan hari duka keluargaku dihari bahagia ini, cukup do'a yang akan mengikuti perjalanan ibu ku ke alam keabadian. " saya nangis mendengar jawaban dinda maduku yang sungguh tegar itu.
Bismillah..... Inilah saya dan kehidupanku, saya tahu dunia hanya singgahan sementara dan alam yang kekal abadi tengah menunggu, inilah saya dan kehidupanku, setiap taqdir yang tergores tidak luput dari hikmah didalamnya,
Saya wanita lemah dengan semua kekurangan mengharap suatu keberkahan yang bisa membuat rumah tangga kami dalam limpahan rahmat MU ya Rabb. mungkin saya masih belum layak dikarunia seorang anak, ini taqdir yang harus saya jalani, walaupun terkadang hati menangis, merintih mendamba seorang anak yang dapat menjadi kebanggaan orangtua,
Inilah saya dan kehidupanku, saya wanita lemah yang setiap yang ada didiri dan jiwaku adalah atas kendali MU, lalu apakah saya salah bila Saya tidak dapat menumbuhkan janin dalam rahimku?
Saya tidak punya kekuatan untuk melakukan itu, saya tidak miliki apa-apa, saya bukan apa-apa dan saya wanita yang papa, tanpa ada rahmat MU ya Rabb, mustahil saya dapat bertahan sampai detik ini, betapa saya begitu bersukur setiap kebahgian yang datang dalam keluarga kami, ENGKAU obati rasa rindu mempunyai anak dengan hadirnya bayi-bayi mungil dari rahim maduku.
Sungguh ENGKAU maha tahu, Engkau tidak berikan apa yang kami minta, tetapi ENGKAU berikan apa yang kami perlukan, Rabb ampuni saya saudari-saudari ku terutama suamiku yang saya cintai, dia tidak bermaksud demikian, dia tidak berniat tidak memperdulikan saya,
Engkau MAHA tahu ya Rabb.
Sesudah ini saya berharap semoga suamiku labih baiklagi pada saudari-saudariku. tentu suamiku sangat bahagia mempunyai madu-madu seperti mereka yang dapat memberi apa yang dia minta, sekali lagi inilah taqdir MU ya Rabb, saya lebih bahagia disisi MU bertemu kekasi-kekasih MU, semoga suami ku Ridha dengan kepergian ku, Aamiin Ya Rabb.....
Dinda..... Masih banyak lagi tulisan-tulisan dalam diari maduku tetapi suami tidak mampu lagi membaca setiap lembar-lembar isinya, suami, saya dan maduku dek lirnah begitu merasa bersalah sudah memperlakukan maduku dinda tidak adil, sungguh rasa bersalah itu mengiringi hari-hari kami, namun kami ridha dan Semoga Allah subhanahu wata'ala, memberi kelapangan pada kami semua, serta mengampuni dosa-dosa kami, semoga kami dapat jadi manusia yang lebih baik lagi,, Aamiin....
Sumber : Sebarkanlah. org